Maafkan aku, Ibu...
Mataku nanar. Jemariku bergetar. Dengan hati yang tidak karuan aku menatap tulisan di layar selulerku. Ibu. Ya, Ibu. Begitulah aku membaca tema tantangan hari ini, hari ke 8 dari 21 hari yang kami sepakati di grup menulis IIP Kaltimra. Dialah sosok yang begitu mulia di mataku namun seorang yang paling tersakiti oleh lisanku, anaknya sendiri.
Sesalku masih menggelayut kuat di hati dan pikiranku. Tiada mampu aku menepis rasa ini meskipun sudah sepuluh tahun berlalu. Ibu, maafkan aku...
Ingatanku kembali ke masa itu, masa di mana aku menuntut ilmu di kota lumpia. Masa yang sangat sangat aku syukuri karena hidayah datang menghampiri tapi secara bersamaan juga sangat aku sesali karena di masa itulah aku melukai hati ibu karena dustaku. Aku berdusta..
Ibu, kata maafku, walaupun berungkali aku sampaikan kepadamu, seakan tiada mampu mengurai dosaku padamu. Bagaimana tidak, engkaulah wanita yang dari rahimmu aku terlahir. Sembilan bulan hidupku bergantung padamu dalam ketidak berdayaan. Belum lagi, perjuanganmu saat melahirkan aku ke dunia ini. Nyawa pun siap kau pertaruhkan. Namun, apa yang telah aku lakukan padamu sungguh tidaklah patut.
Ibu, aku besar dalam gendonganmu yang tulus menyayangiku. Kehangatan cintamu menyelimuti hari-hari yang indah bersamamu. Dalam lelahmu, selalu ada ruang dan celah untuk senantiasa memanjakan aku dalam buaian.
Entah berapakali aku menyakitimu dengan segera kau memaafkan. Sudah kesekian kali aku mengulang kesalahan, tanpa menunggu lama kau pun melupakannya. Bahkan tak jarang dalam kecewamu tetap tersungging senyum yang meneduhkan.
Kini rambutmu telah beruban dan usiamu pun sudah tidak muda lagi. Namun lantunan doa untukku tak pernah kau lewatkan. Terimakasih ibu, untuk semua yang kau berikan. Hanya untaian doa untukmu yang mampu aku panjatkan. Semoga engkau sehat dan bahagia selalu..
#OneDayOneStatus
#Day8
#BelajarMenulis
#IIPKaltimra
Komentar
Posting Komentar